Minggu, Desember 28, 2008

BERTANAM PARIA METHODE PAK ANDI

JAM TERBANG yang dijalani selama lima belas tahun dalam bertanam paria, kiranya cukup bagi pak Andi untuk mengenal tanaman ini, mulai dari budidaya sampai pemasarannya. Karena kepakarannya ini, akhirnya ia dijuluki sebagai ‘petani paria’ dari Singkawang-Utara. Baginya berbagai tanaman dan sayuran serta ternak diusahakan sebagai pengisi pundi-pundi pendapatan keluarganya. Namun julukan “Andi si petani paria” sudah menjadi brand-image bagi dirinya oleh berbagai kalangan.
Pak Andi bermukim di Semelagi Kecil, Singkawang Utara, Pemkot Singkawang, Kalbar. Buah parianya merambah pasaran, hingga ke berbagai daerah di Kalbar. Padahal luas tanamannya hanya terdiri 3 (tiga) petak, yang masing-masing berukuran 15 m X 40 meter. Yang menjadi keunggulan perianya adalah kontuinitas produksi dan suply ke pasaran. Menurutnya, agar tercapai hal itu, maka tiga petak itu dibuat bergilir. Artinya kalau petak pertama lagi produksi, maka disiapkan petak lainnya agar siap berproduksi untuk menyambung suply.
Pengaturannya dibuat sedemikian rupa, caranya kebun diatur berjauhan, minimal 500 meter, ini agar hama-penyakit tidak menjangkau petak lainnya. Karena petak yg sudah berproduksi perlu diistirahatkan atau ditanami dengan sayuran lainnya, misalnya mentimun, buncis atau lainnya.
Sistim budidaya yang dilakukan oleh Andi (45 tahun) adalah tanah seluas 600 M² dicangkul dan dibuat guludan (sebagaimana dalam photo). Setiap guludan bagian atas ditambahkan pupuk kandang asal ternak sapi, sebanyak 1 kg, ditambah NPK sebanyak 100 gram, yang diletakan pada calon tanaman peria dan dicampur merata.
Agar kelembabkan cukup guludan/galengan tersebut ditutup mulsa dari batang padi atau apa saja yang kiranya sesuai. Kenapa? Karena menurut Andi, tanaman ini senang dengan kelembaban tanah yang optimal. Dan kenapa Andi memilih pupuk kandang sapi, karena pupuk kandang jenis sapi ini sangat baik menyimpan air. Lalu, dibuatlah para-para untuk merambatkan tanaman paria dengan bahan yang sesuai dan ada di sekitar kita.
Teknik penanaman dimulai dengan pemilihan biji-biji peria yang dianggap baik sebagai bibit, disemai ditempat khusus, yakni di atas bedengan yang tak terlalu jauh dari kebun. Nah, bibit paria yang baik untuk pindah di kebun, menurut Andi, adalah setelah berkecambah atau tumbuh dan masih dalam kondisi bengkok atau menyerupai tanda tanya (?).
Dengan bibit seperti kondisi ini, menurut Andi, akan tumbuh seragam dan tak mungkin layu atau mati. Menurut Andi, kiat pindah tanam ini belum dikuasai petani lainnya. ”Makanya tanaman paria saya tumbuh seragam dan tak pernah saya melakukan penyulaman,” akunya bangga kepada kami. ”Ilmu ini saya buka hanya kepada pak Penyuluh saja.” katanya tersenyum penuh arti.
Pemeliharaan tanaman peria menurut Andi, terdiri: dari merambatkan tanaman ke para-para melalui perantara ajir pada setiap tanaman. Membuang tunas-tunas sebelum menjangkau para-para, pengendalian HP, pemupukan dengan cara disiramkam seminggu sekali dengan dosis larutan 1 %, sedangkan 3 hari sekali setelah panen dengan dosis 2 %. Tentang dosis pemupukan, menurut Andi, hanya pemilik kebun yang tahu dengan kapasitas renponsivness tanah/tanaman terhadap pemupukan. Namun cara pemupukan yang dilakukan Andi adalah pada setiap selesai pemetikan hasil, yakni dgn interval 3 (tiga) hari sekali. Ia melakukan pemupukkan dengan cara mencampur NPK (15-15-15) sebanyak 200 gram ke dalam 10 liter, lalu disiramkan di sekitar batang tanaman parianya.
Dari seluas lahan yang masing-masing 600 M² tersebut hanya dapat dibuat guludan 25 buah dengan panjang 15 meter. Dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm, maka setiap guludan hanya maksimal terdiri dari 25 tanaman peria saja, atau setiap petak seluas 600 M² hanya terdiri dari 625 tanaman peria.
Dari hasil panen, sebanyak 16 kali pemetikan, Andi mencatat hasil 1.625 kg dengan harga jual di agen sayuran Rp. 3.500,-per/kg. Maka total pendapatan kotor Andi mencapai Rp. 5.687.500,- pada setiap petak seluas 600 M² tersebut. Dalam setahun Andi bisa bertanam sebanyak tiga kali tanam peria, sehingga pendapatan kotornya Rp. 17.035.500. Nah, berapa pendapatan bersih Andi dari perianya dalam satu periode tanam? Kalkulasi biaya usaha-tani peria versi pak Andi, dapat disimak sebagaimana tabel di bawah ini.
1. Bibit Peria (milik sendiri), banyaknya 1,5 Kg, senilai Rp. 60.000,-
2. Pupuk NPK , 30 Kg, senilai, 135.000,-
3. Insektisida, 1,5 liter, senilai Rp. 120.000,-
4. Sozo-1, 4 botol @ 10 cc, senilai Rp. 60.000,-
5. Pembuatan Guludan (Ngupah), 375 meter, senilai Rp. 750.000,-
6. Pembuatan para-para (Sendiri), 600 M2, senilai Rp. 200.000,-
7. Pembelian ajir 625 batang, senilai Rp. 31.250,-
8. Biaya tanam (Sendiri), 2 HOK, senilai Rp.40.000,-
9. Penyemprotan hama (Sendiri), 2 HOK, senilai Rp. 40.000,-
10. Biaya Panen (Sendiri), 15 HOK, senilai Rp. 300.000,-
11. Pupuk Kandang sebanyak 600 kg, senilai Rp. 120.000,-
12. Jumlah total biaya tersebut adalah Rp. 1.856.250,-
Menurut Andi, biaya produksi perdana dalam perhitungan agak besar, karena harus dikeluarkan biaya pembuatan galangan/guludan, pembuatan para-para serta pembelian ajir. Namun untuk selanjutnya, tidak. Karena guludan, para-para dan ajir bisa digunakan sampai 4 (empat) kali periode tanam. Menurut Andi, harga jual perianya paling rendah perkilo Rp. 3.500,- di ambil oleh agen di rumahnya. Sedangkan pengecer di pasar menjualnya dua kali-lipat. Tapi pada bulan puasa harga bisa mencapai Rp. 7.000, maka keuntungan bisa berlipat lagi, katanya.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MU LIHAT YA TERSERAH ANDA

MU LIHAT YA TERSERAH ANDA
Jika Anda Mengklik Akan Dibawa Ke Web ini