Rabu, Desember 24, 2008

SAATNYA ANDA KENAL PERTANIAN ORGANIK

PERTANIAN modern berbasis organik pada akhir-akhir ini ramai dibicarakan pakar dan petani dunia. Disadari, bahwa pertanian modern dalam dua dekade terahir perlu dibenahi dengan tidak lepas memperhatikan kelestarian alam. Penggunaan pestisida yang berlebihan, pupuk kimia, alat dan mesin modern disinyalir penyebab timbulnya degradasi alam sekitar.

Namun pertanian tradisional pun menyumbangkan kerusakan terhadap mutu lingkungan. Kegiatan pertanian tradisonal ini bermula menebang hutan, membakar, setelah dua kali budidaya-tanam, lokasi ditinggalkan. Begitu seterusnya. Maka kita jumpai terjadinya penurunan mutu alam, seperti mudahnya kebakaran hutan, banjir, erosi, longsor dan kekeringan. Peladangan berpindah ini menurut data FAO masih dilakukan oleh 1,4 milyard orang yang tersebar di Asia, Aprika dan Amerika latin.

Tulisan ini hanya bermaksud memberikan pencerahan kepada produsen dan konsumen. Sebab di satu sisi, mungkin petani produsen akan merasa terpojok, karena diinfokan, bahwa produknya berbahaya bagi kesehatan. Namun disisi lain, konsumen pun perlu diberikan informasi yg benar. Mereka harus tahu, bagaimana sih memilih produk atau ‘mengamankan’ produk yg akan dikonsumsinya? Jadi penulis ingin memberikan perimbangan yg wajar, sehingga petani sebagai produsen menghasilkan produk dan bisa tetap laku, namun pembeli (konsumen) bisa tahu cara ‘menjinakan’ atau mengamankan sayuran atau buah bagi kesehatannya. Dengan demikian, konsumen punya ‘hak’ mengetahui dan tahu solusi, namun para petani (produsen) tetap eksis memproduksi komoditasnya tanpa kendala pemasaran.

Mari kita kembali ke topik Pertanian Organik.

Pada pertanian modern dijumpai penyimpangan aplikasi pupuk kimia yang berlebihan, aplikasi pestisida yang tak bijaksana, penggunaan alat-panen dan prosesing produk, sehingga terjadinya degradasi, berupa marjinalisasi tanah, resurgensi hama, serta hilangnya kwantitas dan kualitas/nutrisi produk.

Dampak buruk penggunaan pestisida berlebihan kita temui di centra produksi sayuran semusim. Merajalelanya hama, akibat tidak dilakukannya rotasi tanaman, menyebabkan keputusan petani cenderung kepada pemakaian pestisida. Bisa dibayangkan jika produk tersebut dikonsumsi dalam kondisi bahan aktif pestisida masih melekat.

Pengamatan penulis 2002, ketika meneliti dampak penggunaan pestisida yg bersifat kontak, bahwa hasil laboratorium mengatakan, residu pestisida hanya dapat hilang jika dicuci dengan larutan-air deterjen. Dengan larutan ini sayuran sawi dan buah bisa netral dan aman dikonsumsi.

Mengapa demikian? Ternyata, petani kita berlebihan dalam aplikasi pestisida, baik dosis dan waktu atau interval penyemprotan. Bisa dibayangkan, baru aplikasi dua-tiga hari, sudah dijual ke pasaran! Nah, residu insektisida ini masih menempel pada sayuran ketika dipanen. Akibatnya, saat dikonsumsi ikut termakan, menempel pada kulit dan terhirup melalui pernapasan manusia.

Keracunan insektisida ini bisa akut dan kronik. Keracunan akut yaitu yang mengakibatkan kesakitan atau kematian akibat terkena dosis tunggal insektisida. Sedangkan keracunan kronik karena penderita terkena racun dalam jangka waktu panjang dengan durasi yang sangat rendah. Gejala keracunan baru terlihat beberapa hari, bulan, bahkan beberapa tahun setelah penderita terkena racun. Maka disinyalir kuat, bahwa kita saat ini berada pada periode chemicalization. Sekarang ini kita diintai dengan berbagai macam bahan kimia. Bahkan gaya hidup modern membuat kita terus menerus menghadapi polusi, bahan kimia, tress dan pola makan yang tidak sehat. Akibatnya seiring dgn waktu berbagai macam gangguan kesehatan tubuh pun bermunculan.

Dalam berbagai info dan jurnal berhasil penulis telusuri, bahwa bahaya akibat pestisida yang termakan dan terakumulasi dalam tubuh, berakibat timbulnya antara lain: 1). Karsinogenik, yaitu pembentukan jaringan kanker, oleh karena itu orang yang mengkonsumsi banyak sayuran tidak menjamin bebas dari kanker. 2) Mutagenik, yaitu kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang. Oleh karena itu tidak heran dewasa ini meningkatnya peyakit down syndrome dan autisme.3) Teratogenik yaitu kelahiran anak cacat dari ibu yang keracunan, dewasa ini banyak anak yang lahir bibir sumbing, tuna rungu dan lainnya.

Namun contoh bagus ditunjukan petani di Subang, Jabar, dalam mengendalikan hama padi dengan pestisida alami buatan sendiri. Juga petani di Pontianak Utara dan baru-baru ini di Roban kota Singkawang, dimana dalam pengendalian hama sayuran menggunakan “racun hama” buatan sendiri. Mereka meramu pestisida alami dengan bahan-bahan sekitar pemukimannya. Misalnya untuk memberantas ulat Plutella Maskulipenis SP diraciknya: buah mengkudu matang, daun nangka, tembakau dan sedikit sabun dihancurkan dan dilarutkan dengan air secukupnya.

Kemudian setelah disaring semprotkan pada sawi, bayam dan kangkung. Selain itu penggunaan pupuk kimia dibatasi, sebaliknya penggunaan abu-bakar dan pupuk kandang sapi, ayam, kambing, kerbau, dll, diperbanyak. Jadilah sayuran yang dihasilkannya disebut “sayuran organik”. Produk seperti ini dicari konsumen dan sedang ngetren di pasar tradisional, bahkan Mall-Mall di Pontianak.

Filosopi pertanian organik itu sendiri adalah memberikan “makan tanah”, agar tanah dapat memberikan “makan tanaman”, selanjutnya dari tanaman menghasilkan produk yang dapat dimamfaatkan manusia. Pertanian organik sendiri adalah upaya memberi kebugaran kepada tanah dan tanaman dengan jalan pengembaliaan bio-masa, kompos, pupuk hijau, pupuk kandang serta mengendalikan hama penyakit dengan prinsip pengendalian hama-penyakit secara terpadu.

Pakar lainnya mendefinisikan, bahwa Pertanian Organik adalah sistim produksi yang menghindari atau sangat membatasi penggunaan pupuk kimia, pestisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan.

Sambutan masyarakat terhadap pertanian Organik tidak terlepas dari kecenderungan masyarakat yang mulai sadar terhadap kebutuhan nutrisi yang ramah lingkungan. Menurut Hamm tahun 2000, tingginya permintaan produk pertanian organik antara lain adalah: (1) Menguatnya kesadaran lingkungan dan gaya hidup alami dari masyarakat, (2) Dukungan kebijakan pemerintah dan LSM, (3) Dukungan Industri pengolahan pangan, (4) Dukungan pasar konvensional, (5) Adanya harga premium di tingkat konsumen (6) Adanya label generik, dan (7) Adanya kampanye nasional PO (Pertanian Organik) secara gencar.

Upaya tersebut belum mampu menjawab permintaan masyarakat dunia yang sadar akan pentingnya mengkonsumsi produk organik. Sebagai ilustrasi, bahwa pertumbuhan permintaan produk Pertanian Organik di dunia mencapai 20% setiap tahunnya. Namun pangsa pasar hanya sanggup memenuhi 2 % saja. Di Eropa penambahan luas areal pertanian organic 2-7 %, di Australia 10 % setiap athunnya, namun tetap saja belum mampu memenuhi permintaan konsumen (Jolly, 2000). Inilah yang kemudian memacu permintaan produk Pertanian Organik dari Negara-negara berkembang.

Kesadaran petani saat ini mulai muncul untuk menerapkan Pertanian Organik, namun masih terbatas pada lingkungan tertentu. Hal ini dikarenakan sulit menyampaikan informasi pertanian organik kepada petani lain, dan sulitnya memasarkan produk PO. Ada juga yang takut menerapkan Pertanian Organik, karena hasilnya tak bisa dipasarkan. Image lain, karena produk Pertanian Organik merupakan produk yang tak umum. Juga posisi petani lebih sulit daripada pedagang, karena tak punya posisi tawar yang kuat.

Banyaknya kendala penerapan Pertanian Organik di Negara Berkembang, termasuk Indonesia, dikarenakan persepsi, sistim pemasaran dan culture petani tersebut diatas.Juga adanya kendala yang ditelaah lebih jauh, yang berakar dari kesangsian mengenai kemampuan Pertanian Organik sendiri dalam memecahkan persoalan pemenuhan pangan dan keberlanjutan kehidupan. Alasannya karena produktifitas Pertanian Organik lebih rendah, sehingga tak dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan cepat. Alasan lain beranggapan bahwa Pertanian Organik adalah pertanian masa lalu yang tak produktif, dan di tingkat tertentu berkesan anti teknologi.

Bagaimana pun PO harus menjadi perhatian petani sebagai produsen dan sekaligus konsumen, sebab berbagai penelitian mengarah kepada anjuran agar kita bersikap bijaksana dalam mengelola lingkungan dan tanggung jawab kita terhadap kesehatan masyarakat.

Sebagai informasi di Singkawang pernah dilakukan uji colinestrase terhadap darah petani, yg dilakukan Dinas Kesehatan kota Singkawang 2006, 2007 dan 2008 menunjukan, bahwa petani sayuran di kelurahan Sijangkung, Sedau dan Roban sudah terkontaminsi pestisida dari mulai yang ringan sampai berat. Nah, bagaimana masyarakat yg tak tahu menahu sebagai pembeli, juga mengkonsumsi produk tersebut?

Dari pengujian yang dilakukan 2002 oleh mahasiswa Unitomo Surabaya dan Penulis terhadap cara dan bahan membasuh (mencuci) yg effektif terhadap sayuran sawi, didapat kesimpulan, bahwa sawi akan aman sebagai lalapan atau sebagai sayuran, jika telah dibasuh menggunakan larutan deterjen kemudian dibilas dengan air bersih.

Sebelumnya percobaan membasuh dilakukan dengan berbagai air, tetap tak effektif, dimana residu atau BA (bahan aktif) pestisida masih dalam batas berbahaya. Air-air dimaksud adalah air tanah, air hujan, air mengalir dan air ledeng (PDAM).

Hasil penelitian diketahui setelah dilakukan uji laboratorium. Ternyata cara jitu didapat jika dilakukan pencucian dengan larutan deterjen, lalu lakukan dan 2 atau 3 kali pembilasan. Dengan methode itu, sawi dan sayuran lain aman dikonsumsi. Dengan telah diketahui methode ini, maka konsumen “jangan takut lagi!”

Untuk tahap pertama penerapan PO di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat, tapi pada mulanya di Negara maju pun berjalan merangkak. Hal ini perlu dimotori oleh LSM, pecinta lingkungan hidup, atau good-will dari Departemen Pertanian sendiri serta pemda setempat.

Dengan demikian menjadi lebih jelas, bahwa pengembangan pertanian organik bukan sekedar bagaimana petani menjadi lebih sejahtera atau lingkungan menjadi sehat, tetapi juga soal demokrasi ekonomi, soal merubah paradigma, soal pembebasan manusia dari bombardir bahan kimia yang mengelilinginya.*

1 komentar:

MU LIHAT YA TERSERAH ANDA

MU LIHAT YA TERSERAH ANDA
Jika Anda Mengklik Akan Dibawa Ke Web ini